| WELCOME TO MY SITE | LEAVE COMMENT ON THE POST AND RATE IT | ENJOY ♥ |

Friday, April 20, 2012

Tunjukkan Itu, Untukku :''>

“Rat, buka website universitas di Singapore dong!”
“Wah beneran niat ya lu mau terusin disana, gue sih dalem negeri aja”
“Yauda cepet dong buka, please..”
“Iya sabar, lemot banget ini sih”

     Begitulah bercakapan saat-saat menegangkan untuk menentukan masa depan yang memang didepan mata. Penentuan masa depan itu akan aku lewati beberapa hari kedepan. Empat hari yang menegangkan itu adalah hasil dari perjuangkanku selama 3tahun dan 3tahun pula berteman bersama Tian. Tian yang berniat untuk melanjutkan studi-nya di Singapore.
    Setelah berjuang melawan UN, akhirnya kelulusan pun tiba. Surat yang aku terima dari Guru Fisika selaku Kepala Bidang Kesiswaan disekolahku sudah aku terima. Dibalut dengan amplop berkop surat Dinas Pendidikan, akupun membukanya dan tertulis di secarik kertas A4 yang dilipat empat.


DINYATAKAN
LULUS
RATNA DESIANI – 10101000

    Betapa bahagianya aku saat membuka dan membaca isi surat yang aku terima itu. Surat yang sangat berharga menentukan masa depanku. Tak bisa aku menahan tangis. Tangis karena surat itu dan juga mendapat kabar Tian sedang terbaring lemas di rumah sakit karena Ia sakit.
Setalah aku medapatkan surat kelulusan Tian yang dititipkan Guruku, aku pun langsung menjenguk Tian disalah satu rumah sakit swasta ternama.  Tidak lama aku menginjakkan kaki di rumah sakit itu, Tian pun mengirimkan pesan singkat ke ponselku.

From        :    Septian Nugraha
“Gue dikamar Anggrek Lantai 2. Masuk aja. Kalau gak tau, tanya satpam”

Dengan wajah lusuh, mata sembab dan keringat bercucuran akhirnya aku bisa merasakan sejuknya Air Conditioner diruang Anggrek yang Tian tempati. Dan langsung Ia bercerita semuanya pada Tian. Dengan santai Tian menanggapinya.

“Penuh perjuangan loh hari ini, dijemur dilapangan sama Pak Ruli, terus ngantri dibagiin surat kelulusan terus dapet ceramah dulu dari Bu Rani. Eh iya sebenernya lu sakit apa? Kemarin masih baik-baik aja, untung UN udah beres loh”.

“Wah? Yang bener? Gak nyangka aja gue. Iya, semalam gue panas tinggi, mengigil sampe muntah darah. Gue juga bingung kenapa. Tadi sih udah test darah, tapi belum keluar hasilnya. Semoga aja sakit biasa. Lu gak bawa makanan?”
“Oh gitu, amin deh. Semoga gak kenapa-napa yah. Gue? Bawa makanan? Lu tuh lagi sakit, gue kan gak bisa ngasih makanan sembarangan”.

    Setelah berbincang dan berfoto dengan surat kelulusan menggunakan pocket camera milikku hingga jam kunjungan habis, akhirnya akupun pulang tanpa mengetahui penyakit apa yang bersarang ditubuh Tian sekarang. Aku hanya berharap tidak ada yang aneh.
    Dan setelah 3hari terbaring lemah dikasur rumah sakit, akhirnya Tian pun tiba dirumah tapi memang harus beristirahat selama satu bulan dirumah. Selama itu pula tidak boleh ada yang mengunjunginya. Higga akhirnya aku membuka email dan benar saja, Tian mengirimkan aku pesan elektronik.


From            :    tian@inside.com   
Subject         :    Maaf

13 February 2009

“Hallo, semoga saat kau baca suratku ini kau baik-baik saja. Begitupun aku saat menulis ini untukmu. Sudahkah kau tau berita tentangku? Maaf aku tak sempat memberimu kabar. Aku sangat sibuk dan kini aku sudah berada jauh darimu. Sungguh menyesal aku tidak memberimu kabar sebelumnya, kini aku sedang mencari rumah tinggal sementara disini. Sekarang aku tinggal bersama salah satu kerabatku. Dia Rico. Teman saat aku duduk di bangku SMP saat aku di Bengkulu. Apa kabar kecilincimu Moli? Semoga dia senang dengan rumah barunya yang  baru kita selesaikan itu. Ku tunggu balasanmu secepatnya ya”


    Begitulah sepenggal surat elektronik yang Tian kirimkan untukku 2 tahun lalu. Surat elektronik itu Ia kirim saat Ia meninggalkan Kota dimana Ia mengeyam pendidikan tingkat atas disalah satu sekolah ternama di Bandung. Entah Ia masih mengingat saat-saat kita bersama dulu ataukah telah Ia lupakan semua kenangan yang telah kita buat selama 3 tahun bersama.

     Memang 2 tahun yang lalu dia tidak sempat memberi kabar padaku tentang kepindahannya ke Singapore. Dia memang memilih untuk meneruskan pendidikanny.  Aku sama sekali tidak mendapat kabar apapun darinya, mungkin Dia terlalu sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya. Atau memang Dia tidak bisa menghubungiku dengan berbagai alasan yang memang aku tak tau apakah yang sebenarnya. Semua mengetahui kedekatanku dengan Tian, bahkan tidak sedikit orang yang menyarankan kita untuk membuat satu komitmen. Entahlah, alasan apa yang membuat mereka memberi saran seperti itu.

     Selama 2tahun tanpa kabar, selama itu pula aku merindukan Tian. Mungkin lebih dari itu. Aku sangat merindukan saat-saat dimana kita dapat bertukar pikiran bersama, saling bercerita satu sama lain. 2tahun memang bukan waktu yang sebentar dan selama itu pula aku tidak menemukan satupun orang yang bisa menggantikan sosok Tian, Sahabatku.


    Dan belum lama aku mendapat kabar bahwa Tian sedang berada di Indonesia. Akupun segera mendatangi kediamannya disini. Tetapi, airmata yang kudapatkan. Bendera kuning yang berkibar digerbang rumahnya, dihiasi oleh karangan bunga bertuliskan “Turut Berduka Cita” juga orang-orang yang mengenakan pakaian serba hitam.

“Ada apa ini? Ini bukan mimpi burukku? Ayo bangun!”

    Alunan suara merdu pengajian yang diadakan oleh kerabat dekat mengiringi jatuhnya airmataku. Kehilangan sosok sahabat yang ternyata mengidap Kanker saat kelulusan itu. Dia tidak memberitahuku. Ternyata disana Ia tidak melanjutkan studinya. Tapi memang Ia menjalani berbagai tindakan medis untuk menyembuhkan penyakit yang bersarang ditubuhnya. Dan orangtuanya memberikan sepenggal pesan yang Tian tuliskan dikertas.


Ratna sahabatku sayang,

Mungkin saat kau baca surat ini aku sudah tenang Disana tanpamu. Maafkan aku tidak berkata yang sebenarnya. Aku memang bodoh. Aku salah mengambil keputusan. Sebenarnya aku tidak meneruskan pendidikanku, aku menjalani berbagai macam terapi untuk menyembuhkan Kanker yang bersarang di sel-sel darahku ini. Dan semua itu aku lakukan untukmu.
Kau tahu? Aku masih menyimpan foto-foto dan semua kenangan saat kita SMA dulu! Aku selalu membawa semua itu saat aku terapi. Terutama foto saat aku terbaring di rumah sakit saat pengumuman kelulusan. Dan saat itu pula aku telah dinyatakan mengidap Kanker stadium 3.
Jangan kecewa jika kau membaca surat ini, aku telah mengecewakanmu karena aku telah membohongimu sejak awal. Aku tau itu semua salah, namun mungkin ini memang pilihanku.
Aku menyayangimu, sungguh. Sangat menyayangimu. Bagaimana denganmu? Semoga kau mempunyai perasaan yang sama. Terimakasih untuk 3tahun yang telah kita lewati bersama, aku takkan melupakanmu. Jangan lupakan aku ya! Jaga dirimu baik-baik. Jangan menangis.
Kau yang terbaik yang pernah ada, percaya padaku. Antar aku ketempat terakhir ya Rat, temani aku untuk yang terakhir ya Rat.

Penggemar rahasiamu,

Tian.


    Setelah aku selesai membaca ituy, aku pun mengabulkan permintaan terakhir Tian. Ku antarkan dia ketempat peristirahatan terakhirnya dan menemaninya disana untuk beberapa saat.
    "Tuhan, jika aku mampu untuk mengatakannya untuk terakhir kali ini bantulah aku untuk mengatakan yang sesungguhnya yang aku rasakan. Jika memang aku tak pantas untuk mengatakannya, ambillah nyawaku agar aku dapat mengatakan yang sebenarnya kepada Dia disana".



------------------------------------ TO BE CONTINUE -------------------------------------








@riskyhananie
riskyhananie@gmail.com


No comments:

Post a Comment