Oke ini memang bukan sepenuhnya novel karya
Raditya Dika. Gue cuma mengutip kata-kata yang mungkin bermakna.
Putus cinta seperti disengat lebah. Awalnya, tidak terlalu berasa, tapi lama-kelamaan bengkaknya mulai terlihat
Seperti rumah ini yang terlalu sempit buat keluarga kami, gue juga menjadi terlalu sempit buat dia. Dan, ketika sesuatu sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ketempat yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya. Rumah ini tidak salah, gue dan dia juga tidak salah. Yang kurang tepat itu bila dua hal yang dirasa sudah tidak saling menyamakan tetap dipertahankan untuk bersama. Mirip seperti gue dan dia. Dan dia, memutuskan untuk pindah.
Di film-film digambarkan ketika kita akan meninggalkan dunia ini, maka kenangan-kenangan hidup kita akan muncul bergantian, dari yang baru terjadi hingga ingatan paling jauh. Sama halnya ketika gue akan meninggalkan rumah ini
Putus cinta sejatinya adalah sebuah kepindahan. Bagaimana kita pindah dari satu hati, ke hati yang lain. Kadang kita rela untuk pindah, kadang kita dipaksa untuk pindah oleh orang yang kita sayang, kadang bahkan kita yang memaksa orang tersebut untuk pindah. Ujung-ujungnya sama: kita harus bisa maju, meninggalkan apa yang sudah menjadi ruang kosong.
Sama seperti memasukkan barang-barang kedalam kardus, gue juga harus memasukkan kenangan-kenangan gue dengan orang yang gue sayang ke semacam kardus kecil.
Sebaiknya, semakin bertambah umur kita, semakin kita dekat dengan orangtua kita. Kita gak mungkin selamanya bisa ketemu dengan orangtua. Kemungkinan yang paling besar adalah orangtua kita bakalan lebih dulu pergi dari pada kita. Orangtua kita bakalan meninggalkan kita, sendirian. Dan kalau hal itu terjadi, sangat tidak mungkin buat kita untuk mendengar suara menyebalkan mereka kembali
No comments:
Post a Comment