| WELCOME TO MY SITE | LEAVE COMMENT ON THE POST AND RATE IT | ENJOY ♥ |

Monday, February 8, 2016

Brothers for Life

Gimana? Kalian sehat? Udah kurus?


Februari. Pertengahan bulan. Malem ini baru aja ketemu sama kasur asli kamar saya. Bukan kasur kostan, kasur rumah nenek atau hotel. Ya, kasur kamar di rumah. Setelah perjalanan panjang, Bandung-Jakarta-Sentul-Bogor ya lumayan bikin pantat mati rasa. Untung hati sekarang udah gak mati rasa. Ada rasa strawberry, yang kadang manis dan gak jarang juga asam. Ada juga rasa obat. Ya, obat. Pahit. Tapi, "rasa" obat itu juga gak selalu dirasain kok. Obat dibutuhkan pada saat-saat tertentu saja. 
Lho? Kenapa? Gak suka? Ya sudah, stop bacanya. Saya gak nyaranin lanjut kok :). Sekarang ini lagi istirahat. Iseng ah, buka akun Facebook. Saking gabut-nya. Saya scrolling down my facebook timeline. Ya, lucu. Terlalu banyak kenangan disana. Mungkin, bagi generasi seumuran saya, akun Facebook menjadi online diary yang kerap kali dibuka diwaktu senggang. Termasuk saya. 

Kursor mouse ini mengarah pada activity log, tujuh tahun lalu. Saat itu saya sedang mengeyam pendidikan setingkat SMP tepatnya kelas 8. Masa kejayaan setiap anak manusia yang sedang dilanda "cinta monyet" juga lagi demen main. Dan memang benar, tidak sedikit teman saya saat itu. Sebutlah dengan bahasa formal saya sedang membangun relasi untuk masa depan. Garing? Memang. 
Tujuh tahun lalu, sebutlah Hanie seonggok daging yang boyish. Saya masih mahir bermain bola, masih sering ditempatkan menjadi penyerang saat pelajaran olahraga berlangsung, bermain catur saat istirahat berlangsung, memanjat pagar belakang saat jam pelajaran belum usai juga adu panco dengan seluruh teman laki-laki kelas 8A. 


Kebiasaan bermain bersama laki-laki, tidak membuat saya melupakan teman perempuan saya. Tenang, masih seperti perempuan umur 14 tahun pada umumnya. Namun, disinilah terbangun jalinan pertemanan, persahabatan bahkan persaudaraan antara aku dengan kedua teman lelakiku yang sampai saat ini sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri. Jujur, karena saya anak tunggal, mempunyai kakak laki-laki adalah harapan terbesar saya. Tapi, apa daya, tangan teu bisa.

Mousepad ini terus bergerak sesuai arahan jari telunjuk tangan kananku. Terus mengarah kebawah dan semakin kebawah. Hingga akhirnya, aku menemukan notification bertuliskan "You wrote a note: "TAH: Taufiq Aldi Hanie Forever"" begitu katanya. Ah, saya tidak bisa nahan seuri anymore. Penasaran? Ah, lebih baik jangan. Sebelum menyesal, lebih baik tidak usah dibaca.

Ya, baiklah, jika memaksa. Seperti inilah kurang lebih isi notes tersebut:
heeem apayah? hehe pas dateng kesekolah bawaannya pengen nemuin aldi sama opik buat curhat dada gue uda nyesek banget rasanya zz ga enak lakuin apapun yang namanya gue cangak itu uda stadium akhir (lebe hahaha) pagi itu semua orang teh dismsin sama gue buat minta saran eh pada ngebalesnya jam 7 setdaaah disitu rada gahar gue, ngesms 10orang yang balasnya 2orang saja hmm ..

pas tadarusan jantung gue teh ga puguh gitu detaknya hm langsung weh gue sms si dalang (opik hehe) : pengen cerita, ntar istirahat kekelas gue

dikelas gue belajar juga ga konek, uda bekaca kaca ini duamata gue teh hehehe akhirnya istirahat terus teh gue keluarin bekel ga lama gue buka mulut, akhirnya azis dateng byuuuuur kata kata dari mulut gue keluar becampur aer mata terus azis (aldi) dateng, diamah tetep weh godain gue biar ketawa, uda cerita tah sama dalang sama azis eh bel masuk terus gue cepet cepet makan uda gitu dibantuin ngapus aer mata sama si azis haha
makasih ya azis sama dalang uda bae sama nunung (gue)
terus pas pulangnya ngerencanain buat main keruma gita soalnya pas hari itu pulang aga cepet tapi pas diangkot si gita bilang kalo dirumanya itu ada kakanya eh g jadi deh keruma gitanya akhirnya opik mutusi buat keruma gue
uda smpe diruma gue, didepan gerbang ruma hari teh ada motornya si ramdhani yauda gue ungsikan mereka keruma hari
ga berapa lama gue teh laper yauda gue pulng ngajak opik sama aldi makan diruma gue eeeeeeeeeeeeeeeeeetdah gue disuru masak HAHAHA cabut :) uda selesei masak, kita makan diluar eh mienya tuh dipakein saos bnyak bnget si aldi g kuet pedes jadi minta emuh terus
uda selesei makan, kita foto-foto udah gitu mereka pulang deh :D
sayang kalian Opik dan Aldi



Gimana? Seneng? Jijik? Atau hampir muntah bacanya? Sama, saya juga. Semoga, tulisan di blog sederhana ini masih bisa diakses hingga nanti anak saya bisa membaca konten ini. Saya yakin, dia juga sama seperti kamu yang baru saja menutup mulut menghindari gigi yang garing karena kalilaan seuri. Sepenggal tulisan alay saya di 2009 itu adalah bagian kecil dari perjalanan panjang saya antara kedua kakak saya. Aldi dan Taufiqul. Mengenal mereka lebih dari 8 tahun mungkin cukup bagi saya untuk mengetahui semua keburukan kedua makhluk paling baik yang diciptakan Tuhan bagi saya setelah kedua orang tua juga keluarga. Manusia yang paling rela dan paling bosan mendengar celotehan saya.

Tulisan diatas memang saya rasa seharusnya tidak di-post disini dengan judul khusus. Namun, ada baiknya, saya ceritakan kembali disini dibarengi dengan tulisan lainnya. Kamis, saya pergi seperti biasa ke sekolah. Pergi menggunakan angkutan kota bernomor trayek 13 disambung dengan mobil berwarna coklat bernomor trayek 11. Saya memang tidak tahu bagaimana tepatnya latar belakang notes tersebut. But, I guess, katakanlah saat itu saya dilanda ke-galau-an yang hakiki.
Hal yang biasa saya lakukan memang mengirimkan pesan singkat pada teman terdekat saya dan itu masih berlangsung hingga sekarang. I still sent them a text while I "galau akut". Masih sama seperti tujuh tahun lalu, apa yang saya rasakan dan apa yang mereka berikan. Memang zaman sudah berbeda, namun treatment yang mereka berikan pada saya tidaklah jauh berbeda.

Muhammad Aldi Daenuri adalah nama lengkap si pekerja keras yang sudah tidak membebani kedua orang tuanya dengan tidak meminta uang jajan lagi terkecuali keur mepet euweuh duit jang bengsin. Jadwal kerja yang padat membuatnya paling sulit ditemui. Terlebih, sekarang saya dan Taufiqul sedang nguli jauh dari Bogor. Aldi itu lelaki yang paling saya banggakan setelah Ayah. Aldi mampu bekerja 60 jam dalam 6 hari dan tidak hanya di satu tempat. Aldi mempunyai tanggungan kuda besi yang harus Ia lunasi setiap bulannya. Aldi menjadi kesayangan mama, karena Aldi anak pertama. Aldi si Straight Edge, yang masih setia jauh dari rokok.

Manusia ini hanya hadir beberapa saat saja. Tak pernah saya berkomunikasi dengan baik. Tapi, kehadirannya yang sangat singkat memang selalu mampu mengatasi semuanya. Aldi terkenal mempunyai banyak trik untuk melumpuhkan kesedihan. Terutama dari hal-hal kecil yang Ia berikan.

Muhammad Taufiqul Rachman adalah makhluk Tuhan yang selalu ada. Jika tak ada, maka ia sedang bercinta dengan mesra bersama kasur atau DOTA. Aa, saya memanggilnya sama seperti keluarganya dirumah. Pernahkah terpikir bagaimana lelaki menangis karena ingin pulang kerumah? Jangan salah, manusia yang satu ini sering melakukannya dihadapan saya. Entah itu secara langsung atau tidak. Pernahkah terpikir bagaimana lelaki menyiapkan tabungan masa depannya dengan baik? Ya, manusia ini adalah one of a good planner for his life. Lelaki ini adalah manusia yang (mungkin) paling rela menghadapi ulah saya menguras isi ATM-nya.

ps ** walaupun sebenarnya saya tahu, Ia sedikit memutar otak bagaimana untuk bertahan hidup di kostan dengan sisa uang yang ada.

Berbeda dengan Aldi, my brother from Bendungan Katulampa ini selalu menyempatkan dan meluangkan waktunya disela kesibukan berorganisasi di kampus. Tidak akan pernah terhitung memang waktu yang disediakannya untuk saya. Dan, yang terpenting, "tidak ada batas waktu. "Like 24hours is for you." Ok, this is shit. Kapanpun saya butuh, disana selalu ada waktu. 


Deksripsi diatas memang tidak akan pernah cukup untuk menjelaskan bagaimana bahagianya menjadiseorang Hanie yang mempunyai mereka. Mungkin lewat tulisan ini, saya akan berterimakasih pada kedua makhluk Tuhan yang paling baik. Tetap setia menjadi tandu untukku, lamun aku keur pingsan heeh.



39/366.
in the mood of writing on the bed.


No comments:

Post a Comment